Rabu, 23 April 2008

Ketika Tuhan bersatu diri


Ketika buku ini tidak sengaja tergeletak di meja kasir salah satu bos saya menanyakannya dengan sebuah pertanyaan yang menggelikan,
"Lho! kok kamu baca buku ini put??"
"Memangnya kenapa, pak?" , tanya saya
"Wah kalau saya udah anti duluan liat judulnya!"
"Kok bisa pak?"
"Ini nih" (sambil tangannya menunjuk nama Syekh Siti Jenar yang berada di sub judul)
"Oh..karena itu" , jawab saya tersenyum. Menggelikan bukan? Anda tidak geli? Ah, anda aneh.

Stigmatisasi selalu menjadi senjata bagi sebuah kekuasaan untuk menghancurkan lawan politiknya. Demikian pula yang terjadi kepada pemerintahan kerajaan demak plus dewan wali yang merasa ajaran syekh siti jenar merongrong pamor kuasa mereka atas wilayah jawa dan sekitarnya. mengenai benar dan tidak nya ajaran syekh siti jenar hanya Tuhan yang bisa menilai. Sesungguhnya ajaran beliau mengenai manunggaling kawula gusti-bersatu nya Tuhan dengan manusia- mempunyai nilai mistik yang sangat tinggi. hanya saja ke tinggi an ajaran beliau belum tentu dapat di amalkan oleh rakyat awam, terutama rakyat demak yang saat itu baru mengenal islam. mungkin atas dasar itu lah dewan wali serta pemerintah kerajaan demak memutuskan untuk menghukum mati syekh siti jenar.
keberadaan beliau dari lahir sampai mati mengandung banyak mitos yang hidup dalam masyarakat jawa.
Buku ini hanya merupakan buku saku yang memberi info sangat terbatas mengenai syekch siti jenar dan ajarannya, meski secara garis besar pembaca bisa mengimajinasikan pengetahuan tetapi da hal-hal yang masih terlalu 'berat' karena tidak di sertai penjelasan atau catatan kaki.
Demikianlah, saya berkenalan dengan Syekh lemah abang. Sedikit saja tapi mulai menarik diri saya. Bulan depan beli yang lebih tebal.


Salam.

Tidak ada komentar: